Mencari Pegangan di Tengah Kebingungan


Berhari-hari mengamati blogosphere sepertinya tidak ada yang berminat untuk mengulas atau mengamati masalah Pemilu. Yah, sepertinya memang Pemilu bukanlah menjadi pestapora rakyat. Melainkan menjadi pestapora caleg dan partai. Sebagaimana layaknya pesta pernikahan yang melambangkan pasangan yang menikah, umbul-umbul dan bendera yang dipasang adalah mengandung lambang partai dan calegnya. Bukan lambang rakyat.

Mengamati Pemilu dengan tingkah polah caleg, partai dan orang-orang yang berupaya mendongkrak suara cukup membuat pusing. Mulai dari pemasangan baliho, bendera hingga iklan membuat semakin sulit untuk menentukan pilihan. Bahkan pemberitaan kadangkala sulit untuk dapat menjadi sumber yang obyektif.

Lalu, apakah Golput dapat menjadi pilihan? MUI sudah melakukan ancang-ancang untuk mengharamkan Golput. Tapi apakah itu adalah solusi? Solusi yang menggambarkan keputusasaan mungkin. Melihat reaksi yang demikian besar atas pengharaman rokok, maksudnya bahwa banyak yang tidak bersedia rokok diharamkan karena umat taat kepada hukum halal-haram. Jika Golput diharamkan, maka umat taat dan ikut memilih. Dalam benak saya, logika yang digunakan adalah semacam itu.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah (terlalu banyak riset jadi munculnya permasalahan terus), :mrgreen: terungkapnya banyak kasus yang melibatkan caleg. Waduh, kalau begini caranya, mana yang lebih haram antara memilih caleg pelanggar undang-undang atau menjadi Golput? Urusan ini MUI harus membahasnya. :mrgreen: Demi kemaslahatan umat, bukan kepentingan segelintir orang saja.

Selain itu, bila diamati, banyaknya partai sekarang ini akibat perpecahan dari kepengurusan partai. Sebagian orang tidak puas dengan kepengurusan yang lama, kemudian mendirikan partai. Tidak terkecuali partai yang berlandaskan agama. Kejadian ini menunjukkan bahwa banyak orang berambisi untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan keputusannya. Jika usulannya tidak diterima, maka cenderung untuk memisahkan diri dan membuat oposisi.

Perpecahan partai tersebut membuat masalah tersendiri. Jika Golput jadi diharamkan, maka solusinya adalah memilih partai berlandaskan agama masing-masing. Namun partai berlandaskan agama saja terpecah, mana yang lebih baik? Masing-masing agama adalah baik bagi penganutnya. Jadi apakah harus memilih semua partai yang berlandaskan agama sesuai yang dianut? :mrgreen: Mungkin ada yang bisa memikirkan solusi yang lebih baik.

Memang urusan memilih ini menjadi gampang-gampang susah. Ketika caleg melanggar undang-undang, maka kualitas partai pun menjadi dipertanyakan. Ketika perpecahan partai terjadi, maka kualitas partai asli dan pecahannya pun dipertanyakan. Ketika kualitas partai dipertanyakan, apakah rakyat harus mampu menentukan pilihan?

Mari kita duduk bersama dan mendiskusikannya. Jadikan kekecewaan terhadap sistem mendorong kepada sistem yang lebih baik.

8 thoughts on “Mencari Pegangan di Tengah Kebingungan

  1. Jangan golput. Tetap datanglah ke TPS dan terserah mau kita apakan surat suaranya. Tapi surat suara yang nggak pernah kita sentuh, bisa dimanfaatkan orang-orang pandir buat mendongkrak jumlah suara partai tertentu. Jadi, waspada yuk!

  2. liat spanduk2 dan tempelan bertebaran di mana2 aja udah bikin males, dari yang tampangnya wise sampai yang tampangnya masih muda (bahkan ada yang terlihat agak oon) ada. pesan yang disampaikan dalam spanduk mereka juga yang biasa banget.
    berbeda dengan yang di tv. modelnya adalah (yang bukan partai demokrat dan PKS)cendrung terus-menerus “mengkambinghitamkan” SBY, terutama wiranto, inget ga yang dulu iklannya sampai dikritik (sekarang iklannya yang versi itu udah nggak beredar di tv). sedangkan iklan Gerindra terkesan persuasif banget (sorrryyy banget sebut merk), di sini kedewasaan,kecerdasan, dan kejelian para voter benar2 dibutuhkan.
    kalo menurutku cara yang paling benar memang seperi yang disampaikan oleh panitia pemilu dan PKS. kenali benar caleg&wapres-cawapres dan liat track recordnya.
    hidup itu pilihan dan pilihan menimbulkan konsekuensi. kaloudah milih terus ternyata caleg & capres-cawapresnya tdak sesuai ya sudah, ingat yang milih bukan hanya kita. coba beri mereka kesempatan, siapa tahu keadaan negara kita memang lebih baik setelah mereka pegang. sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan orang bisa golput, tapi kalo misalnya orang golput karena sudah gak percaya dengan para caleg & capres-cawapres yang ada ya sudah, itu kan HAM juga. tapi harus ingat perubahan nggak akan terjadi kalo kita diam aja.

  3. @ratih:
    gak cuman spanduk sama tempelan yang bertebaran… :mrgreen: memang banyak sekali faktor yang menyebabkan orang menjadi golput… namun jika memang harus memilih, maka memilihlah dengan cerdas… dan kalau memang harus golput, golputlah setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan… ingat, “malas” bukan pilihan… :mrgreen:
    tunggu analisis berikutnya yak… :mrgreen:

  4. Salam kenal dari Linus Airways. Mampir ke blog Linus ya, jangan lupa tinggalkan komentar atau masukannya untuk Linus. Sukses selalu untuk Anda. Terima kasih.

  5. assalamu alaikum wr. wb.

    Permisi, saya mau numpang posting (^_^)

    Menggugat Demokrasi – Daftar Isi


    http://hizbut-tahrir.or.id/2009/03/17/demokrasi-bukan-jalan-perubahan-hakiki/

    Sudah saatnya kita ganti sistem,
    untuk masa depan umat yang lebih baik!
    semoga link di atas bisa menjadi salah satu rujukan…

    Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.
    Mohon maaf kalau ada perkataan yang kurang berkenan. (-_-)

    wassalamu alaikum wr. wb.

    Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh…

    Kirimnya dua kali ya. Tapi yang dimuat yang ini saja. Sekalian lengkapnya gitu. :mrgreen:

    Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh…

Tinggalkan Balasan ke abasosay Batalkan balasan