Independen yang independen dan independen


Pemilihan Ketua Kelas semakin dekat. Banyak calon mulai bermunculan. Yang menarik dari pemilihan kali ini adalah para calonnya yang independen. Menarik untuk dibahas karena baru kali ini bermunculan banyak calon yang mengaku independen. Beberapa diantaranya memang sungguh-sungguh independen dengan niat menjadikan kondisi yang lebih kondusif.

Keberhasilan calon independen ini sebagian besar ditentukan oleh calon independennya itu sendiri. Bagaimana kerja keras yang dilakukan dengan dukungan tim sukses yang minimal menjadi tantangan tersendiri. Bahkan ada diantara calon independen ini yang lebih banyak menyaring aspirasi masyarakat untuk direalisasikan. Tentu saja calon independen seperti ini yang tidak hanya mengumbar janji demi jabatan Ketua.

Seperti umumnya pemilihan lain, pemilihan ketua kelas kali ini tidak dapat terlepas dari banyaknya kepentingan yang beterbangan. Konflik kepentingan ini yang memicu timbulnya calon independen lainnya. Masing-masing calon ketua memiliki visi dan misi yang berbeda. Masing-masing calon ketua memiliki kepentingan yang berbeda. Entah kepentingan itu sejalan atau berseberangan dengan kepentingan anggota kelas tersebut, yang penting independen terlebih dahulu.

Tentu saja kondisi ini dipandang mengkhawatirkan bagi calon independen yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap anggota kelas. Akan terjadi penurunan yang signifikan atas suara yang diperoleh calon ketua independen ini. Massa yang mengambang bebas mencari tempat berpijak dapat saja terjebak dalam situasi kebingungan.

Sempat tercetus ide untuk membuat koalisi independen. Namun adanya konflik kepentingan antar anggota kelas yang tidak terakomodasi dapat membuat perpecahan seperti trend yang terjadi akhir-akhir ini. Bila perpecahan terjadi, sudah dapat dipastikan suara pendukung akan banyak yang hilang. Ketidakpercayaan anggota kelas akan meningkat seiring temperatur konflik di dalamnya.

Ambisi untuk menjadi ketua kelas seringkali tidak dapat dibendung. Jabatan ketua kelas yang dianggap ‘basah’ karena dekat dengan dosen menarik minat banyak anggota kelas. Peluang untuk mendapat keuntungan pribadi berupa nilai sangat menggiurkan.

Terbatasnya anggota kelas mendorong beberapa calon ketua melakukan konsolidasi. Keterbatasan waktu mencari dukungan memicu para calon ketua menggabungkan dukungan yang mereka peroleh. Namun itu sesungguhnya bukanlah acuan mereka akan terpilih sebagai ketua kelas. Tidak ada jaminan untuk itu.

Pemilihan ketua kelas seringkali dimanfaatkan oleh pihak ketiga. Tidak hanya dengan menyaru sebagai tim sukses yang mengumpulkan KTP. Namun juga banyak telepon, sms atau amplop yang beredar guna mengumpulkan dana dukungan. Tentu saja hasilnya belum tentu diterima sang calon.

Pada akhirnya, niat yang tulus jangan sampai terkotori dengan dosa. Godaan memang selalu datang. Hanya orang-orang yang sabar dan ikhlas yang dapat terlepas dari godaan.

Untuk calon independen kota Bandung. Jangan sampai niatan baik terbutakan oleh ambisi memimpin. Kalah menang itu biasa. Yang penting sekarang ajak pendukung untuk melakukan perubahan dengan konsisten.

Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Apakah selamanya politik itu kejam,
Apakah selamanya dia datang tuk menghantam,
Ataukah memang itu yang sudah digariskan,
Menggilas, menghasut, menindas,
Memperkosa hak-hak sewajarnya…
(Iwan Fals, Sumbang)

Sumber ide tulisan:

  1. Mengapa independen sulit bersatu?

3 thoughts on “Independen yang independen dan independen

  1. Hatur nuhun Kang!
    Semoga kami diberikan kekuatan untuk tetap berada dalam niat awal kami “memperbaiki Bandung” dengan cara-cara yang benar.

  2. Sami-sami aa’.
    Amien.

    Inna lillahi wa inna illaihi raajiuun, la haula walaa quwwatta illa billah, jihad fi sabilillah.

    Tegakkan kebenaran di jalan Allah. InsyaAllah diridhai dan baraqah. Amien.

    Mari berjuang untuk kehidupan yang lebih baik.

  3. Ping balik: Terdampar di Persimpangan « Abasosay’s Weblog

Tinggalkan komentar