Aku baca tulisanmu sebulan terakhir. Dan aku terpana.
Ya, aku terpana.
Tidak hanya karena tulisanmu sekarang lebih menghunjam. Lebih menusuk.
Tidak hanya itu, kawan.
Hatiku merasakannya juga. Tertusuk dan kecewa.
Jadikan kekecewaanmu itu sebagai semangat.
Jadikan semangatmu itu pendorong ke arah yang lebih baik.
Tapi, jangan jadikan kekecewaanmu itu sebagai penumbuh dendam.
Biarkanlah mereka menghalangimu.
Masih banyak jalan menuju arah yang lebih baik.
Rangkul mereka yang dekat denganmu.
Ajak mereka menjadi lebih baik.
Galang kebersamaan demi masa depan.
…
…
Ada dendam kurasakan dalam tulisanmu. Kecewa tumbuh menjadi dendam.
…
…
Mereka tahu mana yang pantas dipilih.
Rangkul Golput dengan Independen.
…
Jangan menyerah, kawan.
hmmm …. siapa itu temennya….
@isfiya:
Kalau sempat baca tulisan yang lalu, sedikit banyak kelihatan arahnya…
rasa apa tuh?..boleh dong ikut merasakan.
@bang ade:
Rasanya campur2… Ada pahit, getir, pedih, perih… Silahkan bongkar-bongkar tulisan yang berkaitan kalau ingin merasakannya ya…
sekarang kecewa suatu saat pasti akan tertawa 🙂
@marsini:
Amien… makasih supportnya…
Ping balik: Terdampar di Persimpangan « Abasosay’s Weblog